Oleh: Willem Wandik S.Sos
(KETUA UMUM DPP GAMKI/WAKIL KETUA UMUM DPP PD/ANGGOTA DPR RI Fraksi PD)

Pada tanggal 25 Desember 2020, umat Kristen Dunia merayakan hari yang begitu mulia, hari dimana Tuhan menurunkan anaknya yang Tunggal (Esa) dan Suci, tidak tersentuh oleh dosa dunia dan dosa turunan dari Bapak Manusia Adam, dimana diri-Nya dijaga oleh para malaikat yang terbentang dari permukaan bumi hingga menjulang ke langit, ke surga tempat Tuhan Bapak “Allah/Yahwe/Elohim” bersemayam hidup kekal dalam keabadian dan keagungan ciptaan-Nya.
Kelahiran anak Tuhan yang Tunggal dan Suci ini, sesungguhnya membawa “rahmat/berkat” kepada seluruh manusia, alam semesta, termasuk kepada hewan hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Bumi sebagai tempat manusia pertama Adam dan keturunannya, telah lama mewariskan dosa dan kejahatan turunan, dimana membuat malu para malaikat, yang selalu menyembah Tuhan Allah/Yahweh/Elohim yang satu, tanpa pernah membuat satu kesalahan pun dan membuat murka Tuhan-Nya.
Melihat dosa dosa manusia yang begitu besar, Tuhan Bapak “Allah/Yahweh/Elohim” mengirim anakNya yang Tunggal (Esa), untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dan alam semesta, dari seluruh dosa dosa yang dilakukan oleh Manusia, yang tidak jarang ikut merusak kehidupan makhluk lainnya di permukaan bumi.
Yesus lahir menjadi isyarat akan datangnya Hukum Tuhan yang suci, dengan hukum-Nya itulah, manusia dibebaskan dari penderitaan, kemunafikan, kepura-puraan, penindasan, dan ketidakadilan.
Manusia, telah lama mengagungkan Harta, Tahta dan kekuasaan, sehingga terkadang membuatnya lupa, bahwa ada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, yang selalu melihat dirinya, dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, baik
dalam keadaan lapang maupun sempit, dan bahkan dalam keadaan bergembira maupun dalam keadaan susah..
Bagi orang orang yang lupa dengan kehadiran Tuhan dan pembuat dosa, Natal memberikan peringatan yang jelas kepada setiap orang yang meyakini-Nya, bahwa Tuhan akan selalu ada, dan melihat setiap perbuatan baik maupun buruk yang manusia lakukan.
Dalam konteks Indonesia, secara khusus melihat potret kehidupan negara dan berbangsa disepanjang Tahun 2020, kita banyak melihat rintihan rakyat yang ketakutan akan Hukum yang tidak adil, bedil dan pisau hukum diarahkan kepada mereka yang berseberangan pikiran dengan kekuasaan, kemanusiaan ikut menghilang dengan banyaknya tragedi saling membunuh diantara anak bangsa seperti yang terjadi dalam operasi militer di Tanah Papua, dalam ruang paralel yang sama kita juga melihat praktek penegakan hukum yang dipertontonkan dihadapan publik syarat dengan kepentingan kekuasaan, rakyat dan orang orang yang kritis sudah mulai ketakutan dan dibatasi untuk bersuara (takut apabila dilaporkan dan dikriminalisasi), kebebasan dan kemerdekaan pers juga semakin dipertanyakan, karena ditemukan banyaknya media yang justru menjalin hubungan yang mesra dengan simpul simpul kekuasaan, dan bahkan media ikut serta dalam upaya menjadi alat propaganda kekuasaan.
Natal di tahun 2020, sejatinya kita sedang merayakan apa?
Bukankah Tuhan Yesus, telah berjanji akan menyempurnakan keadilan yang memerdekakan manusia dari perbudakan, sebagaimana yang dikabarkan dalam Injil (5:17-37).
Natal telah secara sempurna, membawa terang dalam gelap, membawa adil dalam ketidakadilan, membawa hukum dalam kesewenang wenangan, membawa kasih dalam kebencian hati para pendosa/penyamun.
Sebagai manusia yang beragama kristen yang sedang merayakan natal dan lahirnya Tuhan Yesus ke dunia yang penuh dosa ini, apakah kita semua memilih berjalan ditempat yang gelap?
Sesungguhnya “kegelapan” itu adalah ketidakadilan, penyimpangan hukum. Kegelapan itu juga bermakna “membiarkan manusia berseragam yang menggenggam hukum untuk membunuh rakyat sipil yang tidak berdaya”, kegelapan itu juga bermaksud membiarkan kasus penghilangan paksa masyarakat adat, gereja, penduduk OAP ( Orang Asli Papua) mati dalam konflik berkepanjangan di Tanah Papua dalam sebuah operasi militer yang tidak pernah berakhir.
Kami mengajak, kita semua menerima kebenaran Natal, menerima datangnya cahaya kebenaran, mengutamakan cinta dan kasih terhadap sesama manusia, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan mencintai hukum serta keadilan sebagai umat ciptaan Tuhan.
Pada dasarnya, setiap umat Tuhan, yang dilahirkan ke dunia ini, telah diberikan kemerdekaan asasi, untuk bebas mempertahankan hak hidupnya, oleh karena itu, sejalan dengan hal tersebut, prinsip kemerdekaan dan demokrasi yang dimiliki oleh rakyat sipil dalam konteks bernegara, seharusnya ikut dijaga dan dipelihara oleh kekuasaan yang diberi mandat oleh rakyat melalui Pemilu.
Pengekangan hak demokrasi, hak berpendapat, kedalam bentuk rumusan pasal-pasal pidana, justru dapat membahayakan “keimanan” orang-orang kecil yang hendak menyampaikan peringatan kepada mereka yang memegang kendali kekuasaan. Apabila kita menyadari dengan sepenuh keimanan, bahwa sesungguhnya, kekuasaan manusia di muka bumi, merupakan refleksi dari kekuasaan yang diberikan oleh Tuhan, melalui kehendak bebas dan hukum alam yang berlaku di dunia, hingga seluruh perbuatan manusia akan di adili oleh Tuhan yang memiliki hakikat kekuasaan dan hukum yang sejati.
Hi selamat malam dan selamat hari natal
SukaSuka